Minggu, 21 Oktober 2012

Salmonellosis Pada Ruminansia dan Mamalia


BAB 1
PENDAHULUAN

         
Salmonella merupakan bakteri yang ditemukan di Amerika pada tahun 1899. Sakit yang disebabkan oleh salmonella disebut salmonelosis. Penyakit ini terus meningkat dengan semakin intensifikasinya produksi peternakan dan teknik laboratorium yang semakin canggih.Bakteri dari genus Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Gejala salmonellosis yang paling sering terjadi adalah gastroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya. Misalnya demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid, serta infeksi lokal.

Bakteri Salmonella dapat ditularkan dari hewan yang menderita salmonellosis atau karier ke manusia, melalui bahan pangan telur, daging, susu, atau air minum dan bahan-bahan lainnya yang tercemar oleh ekskresi hewan penderita atau sebaliknya (animal and human carrier)


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Salmonella ditularkan kepada manusia terutama sewaktu makan makanan yang tidak cukup matang dari binatang yang terinfeksi (yaitu daging, ayam, telur dan produknya). Penularan melalui ‘pencemaran silang’ terjadi apabila Salmonella mencemari makanan yang siap dimakan: misalnya, apabila makanan yang tidak akan dimasak lagi dipotong dengan pisau tercemar atau melalui tangan pengendali makanan yang terinfeksi. Salmonella dapat menular dari orang ke orang melalui tangan orang yangterinfeksi. Penyakit ini juga dapat ditularkan dari binatang kepada manusia. (anonimus : 2008)
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi. (anonimus : 2012)
Salmonela merupakan biasa terdapat pada semua hewan dan burung dan diekskresikan melalui tinja. Strain yang diadaptasi oleh hospes dapat menyebabkan penyakit serius (misalnya salmonellosis dublin pada ternak, salmonellosis pulorum pada ayam)Reservoir utama pada infeksi manusia adalah unggas, sapi, domba, dan babi. Infeksi pada hewan diperoleh akibat pemberian makanan hewan dengan kotoran rumah pejagalan, penyebaran oral-fekal dan tinja yang terkontaminasi telur yang menetas.
salmonellosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh organisme dari 2 jenis salmonella (S. enteritica dan S. bongori), meskipun sebagai bakteri yang terdapat di saluran pencernaan, salmonella menyebar luas di lingkungan, umumnya ditemukan pada sampah dan bahan-bahan yang berhubungan. (Masniari : 2010)




BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 ETIOLOGI          
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Gamma Proteobakteria
Ordo:
Famili:
Genus:
Salmonella
Lignieres 1900
Spesies:   S. bongori
               
S. enterica
Salmonellosis adalah salah satu penyakit zoonosis yang disebut foodborne diarrheal disease dan terdapat di seluruh dunia. Disebutfoodborne diarrheal disease karena penyakit ini ditularkan oleh ternak carrier yang sehat kemanusia melalui makanan yang terkontaminasi Salmonella spp.
           





 
3.2 TRANSMISI
Salmonellosis pada sapi disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella dublin, S. typhimurium atau S. newport. Penyakit ini menyebabkan peradangan usus atau enteritis dan invasi organisme ke dalam aliran darah menyebabkan septisemia. Salmonella tidak tahan hidup di alam, terutama dalam suasana kering. Salmonellosis pada sapi di Indonesia ditemukan di mana-mana. Pada tahun 1984 dilaporkan infeksi S. dublin pada sapi dan kerbau di Sumatera Utara dan kemudian pada tahun 1988 salmonellosis telah menyebabkan banyak kematian pada sekelompok anak sapi di Semarang.
Penularan salmonellosis terjadi melalui pakan atau minuman yang tercemar dengan tinja dari ternak yang terinfeksi. Ternak yang terinfeksi dapat tetap mengeluarkan kuman 3-4 bulan setelah sembuh. Selain itu penularan juga dapat terjadi secara intra uterin. Gejala klinis salmonellosis akut berupa demam, lesu, kurang nafsu makan. Pada sapi perah dapat menurunkan produksi susu. Ternak juga mengalami diare berdarah dan berlendir. Kematian dapat terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah infeksi. Anak sapi umur 2-6 minggu yang terinfeksi secara akut dapat mengalami septisemia tanpa timbul diare. Selain itu hewan dalam keadaan bunting dapat mengalami keguguran jika terinfeksi.

3.3 GAMBARAN KLINIS
            Infeksi subklinis sering terjadi dan mungkin banyak hewan yang menjadi carier yang intermiten atau persisten. Tetapi sapi dapat menderita demam, diare, dan abortus. Anak sapi mengalami wabah epizootik diare dengan angka kematian yang tinggi. Pada babi, demam dan diare lebih jarang terjdi dibanding sapi. Domba, kambing, dan unggas yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
            Diagnosis di dasarkan atas gejala klinis, identifikasi kuman dan perubahan pasca mati berupa penebalan selaput lendir usus yang berdarah dan jejas nekrotik. Pada anak sapi yang terserang selaput lendirnya dapat terjadi pneumonia. Isolasi kuman dapt dilakukan dari spesimen tinja, air kencing dan potongan usus. Diagnosis banding salmonellosis adalah pasteurellosis, keracunan pakan, kolibasilosis, koksidiosis, IBR, infeksi Clostridium perfringens tipe B dan C serta paratuberkulosis.
3.4 LESI (HITOPATOLOGI & PATOLOGI ANATOMI)
            Setelah berhasil memasuki tubuh penderita kuman akan memperbanyak diri di dalam usus. Dalam waktu yang relative singkat infeksi tersebut dapat menyebabkan septisemia (sepsis). Yang dalam waktu pendek dapat menyebabkan kematian penderita. Apabila yang terjadi hanya bakteriemia, mungkin kuman-kuman hanya akan menyebabkan radang usus akut. Pada yang sifatnya kronik, kuman dapat diisolasi dari kelenjar-kelenjar limfe di sekitar usus, hati, limpa dan kantong empedu. Kuman kadang-kadang dibebaskan dari tubuh melalui tinja atau air susu. Pada infeksi yang bersifat laten, kuman akan berkembang biak di dalam tubuh bila keadaan umumnya menurun. Penurunan kondisi tubuh mungkin disebabkan karena stress pengangkutan atau oleh gangguan faal yang lain.
Gambar 3.2 Septisemi
3.5 DIAGNOSA
            Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
Diagnosis di dasarkan atas gejala klinis, identifikasi kuman dan perubahan pasca mati berupa penebalan selaput lendir usus yang berdarah dan jejas nekrotik. Pada anak sapi yang terserang selaput lendirnya dapat terjadi pneumonia. Isolasi kuman dapt dilakukan dari spesimen tinja, air kencing dan potongan usus. Diagnosis banding salmonellosis adalah pasteurellosis, keracunan pakan, kolibasilosis, koksidiosis, IBR, infeksi Clostridium perfringens tipe B dan C serta paratuberkulosis.

3.6  TREATMENT
            Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik Khloramfenikol. Obat ini memberikan efek klinis paling baik dibandingkan obat lain. Tapi Khloramfenikol memiliki efek toksik pada sumsun tulang. Dengan obat lain seperti : ampisilin, amoksisilin, dan Trimetropin – sulfametoksasole dapat digunakan untuk pengobatan demam tifoid dimana strain kuman penyebab telah resisten terhadap khloramfenikol. Pencegahan terhadap infeksi Salmonella dilakukan dengan imunisasi vaksin monovalen kuman Salmonella typhosa. Vaksin akan merangsang pembentukan serum antibodi terhadap antigen Vi, O, dan H. antigen H memberikan proteksi terhadap Salmonella typhosa, tetapi tidak demikian halnya antibodi Vi dan O. pencegahan juga bisa dilakukan dengan perlakuan terhadap daging yang baik dan, memberi pengetahuan tentang bahayanya kuman SalmonellaPengobatan dengan antibiotik dan sulfonamid segera setelah terjadi diare dan demam akan mengurangi kematian tetapi merupkan kontraindikasi bagi carier yang sehat dimana pengobatan ini akan memperpanjang lamanya carier.
            Terdapat vaksin untuk Salmonellosis dublin dan Salmonellosis typhimurium pada anak sapi. Sediaan vaksin hidup dari strain kasar Salmonellosis dublin memberikan perlindungan yang baik bagi anak sapi untuk melawan Salmonellosis dublin dan Salmonellosis typhimurium.




BAB 4
KESIMPULAN

1.      Infeksi salmonella menyebabkan septisemia (sepsis)
2.      Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik Khloramfenikol.
3.      Diagnosis di dasarkan atas gejala klinis, identifikasi kuman dan perubahan pasca mati berupa penebalan selaput lendir usus yang berdarah dan jejas nekrotik.
4.      Salmonellosis pada sapi disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella dublin, S. typhimurium atau S. Newport.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2008. Syarat Kesehatan Hewan Sapi Bibit Ditinjau dari Penyakit Bakteri..http://www.bbalitvet.org/index.php?option=com_content&task=view&id=298&Itemid=1

Anonimus.2009. Typhoid Feverhttp://www.rightdiagnosis.com/phil/html/typhoid-fever/2219.html

Anonimus.2012. Salmonella.http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella

Saulandsinaga.2010.Salmonellosis(Lisnawati).http://blogs.unpad.ac.id/saulandsina  ga/2010/03/22/salmonellosis-lisnawati/

wawunxSalmonellosis pada sapi.http://komunitas-dokterhewan.blogspot.com/2008/03/salmonellosis-pada-sapi.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar